Saturday, September 27, 2008

Sejarah Rusia

Sejarah Rusia

Judith M. Tomasowa, SE, M.Si

2005

Pendahuluan

Federasi Rusia adalah sebuah negara yang yang berdaulat dan independen. Pada abad ke 14 dan 15, Rusia merupakan sebuah kekuatan besar di dunia yang memiliki pengaruh yang luas di Eropa. Kekuatan besar Rusia melebarkan sayap ke daerah Barat serta barat daya sampai sungai Dnieper, di utara sampai samudera Arctic serta di timur di pegunungan Ural. Pada abad ke 18 Rusia memperoleh kontrol penuh atas beberapa sungai penting yang dijadikan jalan masuk menuju ke laut Baltic dan laut Hitam. Hal tersebut memberikan dampak yang luas bagi Rusia dalam hal perdagangan dan perkembangan ekonomi.

Rusia mulai meluaskan pengaruh politik luar negeri dibawah kekuasaan Peter the Great, yang membangun Saint Petersburg untuk dijadikan sebagai jendela untuk melihat ke arah dunia barat serta sebagai pusat pemerintahan pada 1712. Rusia mencapai puncak kekuasaan pada 1914 sebelum perang dunia pertama. Pada 1917 terjadi Revolusi Rusia dimana kaum militant sosialis bernama Bolscheviks mengambil alih kekuasaan. Selanjutnya 1922 mereka mendirikan Negara komunis pertama di dunia yang disebut dengan Union of Soviet Socialist Republics (USSR atau Soviet Union).

Revolusi tahun 1905

Sejarah Rusia sejak akhir abad ke 19 diawali dengan sebuag gerakan demonstrasi yang dialakukan oleh para pekerja di Saint Petersburg pada Januari 1905. Demonstrasi yang pada mulanya berlangsung damai, dinodai oleh militer yang berkuasa dengan tembakan yang melukai bahkan banyak membunuh para demonstran. KEjadian tersebut dikenal dengan “Bloody Sunday” yang mengawali terjadinya sebuah catatan sejarah yang terkenal dengan “Russian Revolution of 1905”.

Pada Oktober tahun yang sama Tzar Rusia Nicholas II mengambil keputusan untuk menolak untuk mereformasi konstitusi termasuk kebebasan untuk berbicara dan mengemukakan pendapat, dan membentuk dewan perwakilan rakyat di parlemen atau Duma. Keputusan Tzar Nicholas II ini mendapat reaksi kemarahan penduduk Rusia yang menginginkan revolusi dan kebebasan. Karena takut akan terjadinya revolusi social, maka Nicholas II menggunakan militer sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan.

Ketika Duma akhirnya terbentuk dan mengadakan pertemuan pertamanya dari Mei sampai Juli 1906, tuntutan yang ajukan oleh anggota adalah pemerintah harus mengupayakan terbentuknya parlemen yang dilipih secara demokrasi oleh rakyat. Akan tetapi tuntutan ini ditolak oleh pemerintah yang selanjutnya membubarkan Duma. Duma yang dipilih pada 1907 untuk kedua kalinya ternyata lebih radikal dan keras tuntutannya juga mengalami nasib yang sama dengan yang pertama, yaitu dibubarkan.

Atas 2 kejadian ini Nicholas II merubah aturan dan undang-undang pemilu secara illegal yang isinya menguntungkan pihak konservatif, tuan tanah, para pengusaha/ industriawan. Reformasi yang cukup berarti telah dicapai antara tahun 1907 dan 1914, dimana telah terjadi reformasi kepemilikan tanah yang dilakukan oleh Perdana Menteri Pyotr A. Stolypin.

Perang Dunia ke I

Pada 1914 pemerintah Rusia tidak menginginkan terjadinya perang. Untuk menghindari hal itu Rusia harus membayar mahal, yaitu harus bersedia menerima Jerman sebagai Negara yang domonan di Eropa. Masyarakat kelas atas dan menengah memberikan dukungan atas keputusan pemerintah yang menghindari perang dengan Jerman. Akan tetapi lain halnya dengan masyarakat kelas bawah, seperti kaum buruh dan petani yang tidak begitu antusias akan hal tersebut.

Jerman dikenal merupakan salah satu negara yang ditakuti di Eropa karena memiliki kekuatan militer dan industri yang sangat kuat. Sedangkan Austria dan Kerajaan Ottomann turt bergabung dalam perang tersebut. Sebagai konsekuensinya Rusia terpaksa harus turut dalam perang dimana padasaat itu Rusia terisolasi dari rekan-rekannya, yaitu Perancis dan Inggris.

Keterlibatan Rusia dalam perang ini menyebabkan tentara dan militer sibuk dan jauh dari dugaan, bahwa akan terjadi Revolusi Rusia yang pecah pada bulan Februari 1907. Kondisi negara kacau disebabkan oleh perang ini yang telah memunculkan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah yang melakukan praktek inefisiensi, dan korupsi.

Di bulan Februari 1917 terjadi aksi mogok oleh para buruh dan petani di Petrograd yang berhasil merebut kekuasaan Duma dari tangan pemerintah. Tzar Nicholas II ditangkap oleh rakyat, dipenjara dan dijatuhi hukuman mati beserta keluarganya. Pendukung konservatif Kekaisaran Tzer telah lama memprediksi, bahwa kejatuhan monarkhi Rusia akan diikuti dengan bubarnya kekaisaran. Duma selanjutnya mengambil alih kekuasaan dan setelah Revolusi Oktober 1917 ini, kekuasaan ada ditangan partai Bolsheviks yang kemudian bernama Partai Komunis.

Kondisi politik dan pemerintahan Rusia selanjutnya ditandai revolusi sosialis, perang sipil dan penghancuran kelas atas dan menengah. Komunis memenangkan perang sipil di tahun 1921. Setahun berikutnya 1922 mereka mendirikan Negara baru yang disebut dengan “The Union of Soviet Socialist Republics (USSR, or Soviet Union)”, yang mana Rusia adalah negara republic yang terbesar.

Rusia Sejak Independen 1991

Setelah mengalami masa jayanya selama 80 tahun sejak 1922, USSR mengalami masa kemunduran selanjutnya runtuh ditahun 1991. Sejak saat itu Rusia menjadi negara yang independent. Negara-negara yang independen lainnya selain Rusia dihadapkan kepada masalah berat yang sebelumnya belum pernah mereka alami, yaitu krisis ekonomi dan politik. Untuk mengatasi krisis-krisis ini dibutuhkan suatu kebijakan-kebijakan serta keputusan-keputusan yang tepat. Konflik pertama yang muncul adalah perseteruan antara Presiden yang baru terpilih Boris Yeltzin dan para eksekutif pemerintahan. Konflik ini pada dasarnya adalah bukan hanya masalah perebutan kekuasaan, akan tetapi juga masalah kebijakan ekonomi dan masalah seputar nasionalis dan kebanggaan nasional diantara elit politik yang berkuasa.

  • Kondisi Politik

Kondisi politik Rusia pasca bubarnya Uni Soviet ditandai dengan ketidakstabilan, pertikaian dan konflik diantara para elit politik. Desember 1992 seorang tokoh politik bernama Yegor Gaidar yang merupakan salah satu otak dari upaya reformasi ekonomi di Rusia di berhentikan oleh oposisi dari jabatannya di pemerintahan . Sebagai penerusnya ditunjuk Viktor Chernomyrdin yang dahulunya adalah pimpinan industri gas alam Uni Soviet. Pada dasarnya Chernomyrdin menjalankan kebijakan ekonomi yang sama dengan apa yang dilaksanakan oleh Gaidar. Akan tetapi Chernomyrdin mengambil langkah serta kebijakan yang lebih popular dengan memberikan perhatian yang lebih terhadap kepentingan elit politik dan pelaku ekonomi yang berkuasa.

Meskipun demikian tetap tidak tercapai kesepakatan antara Presiden Yeltsin dan para pendukungnya di satu pihak dan Yeltsin dengan elit politik di lain pihak. Perseteruan ini mencapai puncaknya pada September 1993 pada saat Yeltsin diusir oleh anggota parlemen dari gedung parlemen pada saat berlangsungnya sidang. Kejadian ini memicu konflik yang besar dan berkepanjangan antara Presiden Yeltsin dan elit politik pemerintahan pada Oktober 1993. Para anggota parlemen bertahan di gedung parlemen tidak mau pergi, sehingga Yeltsin memerintahkan militer untuk merebut gedung parlemen dengan cara paksa disertai aksi militer yang menyebabkan tewasnya 100 orang..

Yeltsin membuat referendum bagi konstitusi yang memperoleh persetujuan dari parlemen pada Desember 1993. Konstitusi yang baru memberikan mandate dan wewenang yang lebih besar kepada Presiden. Hal ini memungkinkan Yeltsin untuk mengambil kebijakan reformasi ekonomi dan keputusan untuk menyerang Negara tetangga Chechnya meskipun mendapat tantangan dari parlemen.

Pada dua pemilu di bulan Desember 1993 dan Desember 1995 memperoleh tantangan dari partai komunis dan nasionalis dengan perolehan suara yang seimbang di parlemen. Adapun pada pemilu 1996 Yeltsin berhasil mengalahkan saingan terberatnya dari partai komunis, yaitu Gennady Zyuganov, seorang birikrat senior Soviet. Kemenangan Yeltsin banyak dibantu oleh dana pemilu yang basar dan peran media massa.

Pada Maret 1998 secara mendadak Yeltsin memberhentikan Chernomyrdin dari jabatan Perdana Menteri beserta seluruh anggota kabinetnya. Selanjutnya Yeltsin menunjuk Sergey Kiriyenko sebagai penerus Chernomyrdin. Akan tetapi kondisi ekonomi yang semakin parah, Yeltsin memberhentikan Kiriyenko dan ingin mengangkat kembali Chernomyrdin, tetapi ditolak oleh parlemen. Calon lain yang akhirnya diterima oleh parlemen adalah Yevgeny Primakov. Yeltsin yang sering sakit-sakitan memberi peluang kepada Primakov untuk lebih banyak menjalankan tugas pemerintahan. Pada bulan Mei 1999 Yeltsin memberhentikan Primakov krena dianggap telah memperburuk ekonomi Rusia. Primakov alhirnya digantikan oleh Sergey Stephasin, mantan Menteri Interior.

Penunjukan Stepashin tidaklah berlangsung lama, karena diganti oleh Yeltsin serta membubarkan kabinetnya. Yeltsin lalu menunjuk dan mengangkat Vladimir Putin, mantan ketua KGB sebagai Perdana Menteri sejak July 2000. Pada pemilu selanjutnya Putin berhasil memperoleh suara mayoritas sehingga berhak menggantikan Yeltsin sebagai President Rusia.

  • Kondisi Ekonomi

Desember 1991 pada saat Uni Soviet runtuh, ekonomi Rusia sedang mengalami kondisi yang sulit dan parah. Cadangan devisa semakin menipis, kebutuhan akan barang-barang impor semakin meningkat dan hasil ekonomi yang semakin meurun sejak tahun 1970an.

Untuk mengatasi hal tersebut Yeltsin menjalankan program apa yang disebut dengan ”shock therapy” yang disarankan oleh Perdana Menteri Yegor Gaydar. Program ini berisi antara lain melepas harga sesuai mekanisme pasar, menghilangkan rintangan perdagangan dan produk manufaktur dan mengijinkan impor komoditas dari luar negeri untuk menghapuskan praktek monopoli di dalam negeri.

Hasil dari penerapan kebijakan ini dapat dilihat dengan singkat, yaitu meningkatnya inflasi dengan sangat tajam serta berkembangnya korupsi diantara pelaku-pelaku bisnis dan industri di Rusia. Kebijakan lainnya adalah program privatisasi yang dimulai pada tahun 1994 dibawah koordinasi Analoty Chubais, Wakil Perdana Menteri yang merangkar Menteri Privatisasi Rusia. Akan tetapi meski hampir seluruh perusahaan dan industri berada dibawah kendali manajemen sang pemilik modal, bank-bank swasta mulai menjalankan usaha dan bersaing satu sama lain.

Pada penghujung tahun 1990an beberapa reformasi ekonomi sudah menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Sistem lama yaitu system ekonomi yang dikendalikan secara sentral oleh negara yang tidak efisien sudah tidak dipakai lagi dan ekonomi kapitalis sudah mulai dijlankan. Meskipun demukian proses yang sedang dan masih berjalan masihlah jauh dari sempurna dan untuk ini masyarakat Rusia harus membayar dengan mahal. Sebagian besar dari industri yang ada di Rusia masih memakai teknologi yang sudah ketinggalan jaman, masih mempekerjakan jumlah buruh yang terlalu banyak, dan lokasi industri masih terlalu jauh dari supplier dan pasar. Para manajer dan pekerja yang didik pada waktu era Uni Soviet, sulit unutk dapat beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang baru, yaitu berorientasi pada profit, pasar dan interest dari pemegang saham. Inflasi menekan pendapatan sehingg sulit bagi masyarakat unutk dapat menabung.

  • Perkembangan Saat Ini

Pada waktu pemilu bulan Maret 2000 lalu Putin berhasil menang dengan perolehan suara sebesar 53%. SEdangkan pada pemilu berikutnya, yaitu Desember 2003, Putin berhasil mendominasi hasil pemilu bagi partainya, yaitu United Russia Party. Para pengamat internasional menilai hasil pemilu yang diraih putin sebagai “Bebas, tapi tidak fair” karena Putin dan rekan-rekan satu partainya memonopoli hak tayangan televisi. Dan sebelumnya Putin sudah memerintahkan seluruh stasiun televisi berada di dalam pengawasan pemerintah.

Pada pemilu terakhir bulan Maret 2004 kemaren, Putin bahkan berhasil memperoleh sampai 71% dari keseluruhan jumlah suara yang masuk. Lawan politiknya, yaitu calon dari partai komunis hanya memperoleh 14% suara. Para pemilih di Rusia melihat ada sisi baik dari Putin, diantaranya membawa perekonomian Rusia menjadi semakin membaik dengan pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) sebesar 5% per tahunnya. Para pengamat pemilu dari luar negeri dan masyarakat yang pro demokrasi mendesak Rusia agar mencabut peraturan dan wewenang pemerintah untuk mengendalikan media massa.

Daftar Pustaka


Bideleux, Robert and Jeffries, Ian (1998): A History of Eastern Europe. Crisis and Change, London and New York, Routledge

Lieven, Dominic.(2001). The Collapse of the Tsarist and Soviet Empires in Comparative Perspective.In The Decline of Empires. Edited by Brix, E.; Koch, K.; Vyslonzil, E. Oldenbourg Verlag, 2001.

Saifulin, M. (1967): The Soviet Parliament, Moscow: Progress Publishers

Sandle, Mark (1999): A Short History of Soviet Socialism, London and New York: Routledge

Sorokin, G. (1967): Planning in the USSR. Problems of Theory and Organisation, Moscow: Progres Publishers

Wilson, Peter H. (2000): Absolutism in Central Europe, London and New York: Routledge

------------------------

No comments: