Saturday, September 27, 2008

Pembangkitan Industri Travel Eropa: E-Commerce

Pembangkitan Industri Travel Eropa:
E-Commerce

Judith M. Tomasowa- 710411203X


Abstraksi:
"Industri travel Eropa mengalami goncangan pasar setelah terjadi metode baru perdagangan global, yakni E-Commerce. TUI sebagai salah satu market leader di Jerman tidak luput dari goncangan tersebut. Walaupun TUI dapat dikatakan terlambat mengantisipasi perubahan karakter tersebut, pihak manajemen TUI mulai menetapkan kebijakan untuk mengubah TUI menjadi internet-based firms dalam waktu lima sampai tujuh tahun".


Pendahuluan
Firma travel Eropa pada saat ini sedang mengalami goncangan karena menurunnya volume penjualan jasa travel. Firma travel Eropa secara tradisional memberikan jasa pelayanan dalam bentuk paket liburan di Eropa. Kondisi pasar telah berubah dimana tidak dilakukan secara tradisional, namun telah melibatkan penggunaan internet dalam reservasi penerbangan, hotel, penyewaan mobil dan berbagai kebutuhan sehubungan dengan travel industri, serta pemanfaatan discount yang diberikan oleh maskapai penerbangan melalui internet (1) . Perubahan tersebut telah dikenal sebagai perubahan dalam trend turisme yang dikenal dengan Tourism Technology (2):
“a frame of thought in which a dynamic set of systematized information about human knowledge on the creation of a new tourism system which produce a quality tourism product and/or a tourism process to function as expected. Or a structure and procedure to create new tourism phenomena and relationship among tourism system components different than what exists – which creates a better quality tourism product”

TUI, Thomas Cook dan My Travel mulai meninggalkan gaya pelayanan tradisional dan mengacu pada pelayanan jasa modern yang melibatkan internet. TUI juga menetapkan sebuah tujuan lain sehubungan dengan penggunaan internet, yakni bagaimana mengembangkan strategic alliances dengan maskapai penerbangan atau intelligent agent travel industry as personal travel assistant (Laurel, 1990) (3):

“An intelligent agent can be defined as a character, enacted by the computer, who acts on behalf of the user in a virtual (computer-based) environment. Interface agents draw their strength from the naturalness of the living-organism metaphor in terms of both cognitive accessibility and communication style. Their usefulness can range from managing searches that combine both filtering and production (retrieval) of alternative representations, to provide companionship, advise and help throughout the spectrum of known and yet-to-be-invented interactive contexts.”


Pembahasan

Pengembangan Manajemen Informasi
Manajer dalam sebuah perusahaan bertanggung jawab mengelola berbagai sumber daya yang terbagi menjadi physical resource dan conceptual resources(4) . Physical resource mencakup personel, material, mesin, keuangan. Conceptual resources adalah informasi termasuk data.
Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan perhatian dalam manajemen informasi karena terjadi peningkatan kompleksitas aktifitas bisnis dan peningkatan kemampuan komputer.
1. Peningkatan kompleksitas aktifitas bisnis
Peningkatan ini didorong oleh International Economic Influence, Worldwide Competition,
Increasing Complexity of Technology, Shrinking Times Frames dan Social Contraint.
2. Peningkatan kemampuan komputer
Teknologi komputer telah berkembang pesat hingga menjadi friendly user.


Manajer di jaman sekarang wajib menguasai teknologi komputer. Bahkan telah berkembang beberapa profesi pengelolaan komputer atau information specialist, yakni system analyst, database administrator, network specialist, programmer dan operator(5) . Hal ini juga berdampak pada masyarakat umumyang semakin mengerti dan menggunakan perkembangan teknologi komputer. Penggunaan end-user-computing telah menjadi trend bisnis internasioanal tanpa kecuali dalam bisnis travel yang salah satunya adalah Intelligent agent.


Intelligent agent travel industry as personal travel sebagai personal asisstant
Intelligent agent adalah sebuah sistem komputer yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan interaksi dengan pengguna komputer (internet) yang dapat digunakan dalam area tourism. Intelligent agent travel industry as personal travel memiliki beberapa karakteristik(6) , yaitu:
1. Adaptive User-Centered Interfaces
User dan komputer berkomunikasi melalui sebuah sistem yang melibatkan interaksi,
pendelegasian tugas dengan tujuan konsultasi untuk mencapai keinginan user.

2. Expertise
Agen (internet komputer) harus memiliki akses informasi dan operasi ke domain komputer untuk menghasilkan meta-knowledge dan multiple representation. Meta-knowledge adalah proses problem solving. Dan Multi Representation adalah kemampuan untuk menyajikan beberapa alternatif dan informasi yang dihasilkan dari konsultasi dalam proses meta-knowledge.

3. Character
Agen harus memiliki kemampuan capturing dan representing keinginan user sehingga agen dan user dapat menjadi sebuah entitas koheren.

4. Personal Travel Assistants
Agen dapat membantu user dengan penampilan interaksi yang mampu menyembunyikan kompleksitas pemikiran dan tugas yang terdapat di dalam kebutuhan user. Komputer dapat membantu berbagai macam user memonitor prosedur dan event, dengan melalui navigating, filtering dan sorting information, advising, programming, training dan coaching.

5. Tourism Market and Trends
Tourism market di dunia saat ini merupakan computer-literate costumer. Trend yang terjadi saat ini orang banyak melakukan travel dengan membawa laptop “travel with laptop computers”, yang akan memudahkan akses informasi online.

6. Online Travel Reservation Systems
Dengan online travel reservation sebuah firma dapat melayani permintaan dari seluruh dunia dan berinteraksi dengan berbagai agen industri travel.

Intelligent agent travel industry as personal travel akan berkembang menjadi sebuah media yang canggih dengan melalui proses pembelajaran seperti observasi, user feed back, proses training.


Information Technology as a Strategic Tool for Destination Management”
Mengacu pada definisi di atas Intelligent agent travel industry as personal travel terlihat bahwa information technology sangat penting dalam pengembangan industri travel di Eropa, karena dapat mencakup tourism market non lokal untuk berkunjung dan berlibur di Eropa; serta TUI atau firma travel industri yang lain di Eropa dapat melakukan strategic alliances dalam hal reservasi. Intelligent agent yang tercakup dalam information technology dapat digunakan sebagai alat strategic untuk destination management, “Information Technology as a Strategic Tool for Destination Management”.

Penggunaan IT dapat mendukung efficient corporation and offering tools for a real globalization in the industry (Poon 1993). Tourism is a very information intensive activity (Vlitos-Rowe, 1995) (7). Integrasi dari channel komunikasi berkapasitas tinggi seperti dalam internet, “information superhighway” adalah media convergence, telekomunikasi, IT akan meningkatkan interaktifitas antara konsumen dan supplier (Bubley dan Bennett, 1994). Sebagai data tekstual grafik, gambar, video, suara dapat dengan gampang diakses. Hal ini akan mendukung efisiensi untuk inovasi dan produk.

Information Technology as a Strategic Tool for Destination Management diaplikasikan dalam Destination Management Systems (DMS). Destination merupakan “the raison d'etre for tourism; it is the reason for traveling, and the attraction at the destination generate the visit”, (Cooper, 1993) (8). DMS sebagai sebuah respond dari pemicu demand dan supply turisme di Eropa karena DMS akan menyediakan metodologi baru dalam telecommunication networks untuk memuaskan sektor market tourism (Archdale, Stanton, Jones, 1992). Jadi DMS adalah:

“A new breed of information technology that attempts to combine information and reservation by using artificial intelligence to link the two and, at the same time, derive a powerful marketing database with detailed costumer preferences. This system combine destinations' information and produce databases with enquiries or client databases and offer a combined information and retrieval and reservation capability” (Haines, 1991) (9).

Dampak dan Tanggung Jawab Travel Industri
Dunia turisme atau travel industri dapat merupakan sumber pendapatan terbesar bagi sebuah negara apabila dikelola dengan maksimal. Oleh karena itu, turisme mendominasi duniadalam skala luas. Dalam skala internasional perusahaan swasta yang dapat mendorong conflict of interesst antar perusahaan dan pemerintah dari negara tujuan “destination country”. Hal ini yang dipertanyakan oleh Sir George Young, yang mengatakan bahwa Tourism-blessing or blight? (1973) (10). Pemikiran Sir George Young dilandasi oleh kenyataan, bahwa travel industry membawa dampak ekonomi, politik, sosio-kultural, ekologikal dan lingkungan.

Dampak Ekonomi
Internasional tourism adalah invisible export yang menciptakan flow of foreign currency ke negara tujuan. Hal ini memberikan kontribusi current account dalam balance of payment. Layaknya ekspor industri, inflow of revenue tersebut menciptakan bisnis turnover, household income, employment and public sector revenue.
Dengan adanya peningkatan penerimaan nasional (Gross domestic Product-GDP) akan meningkatkan kemampuan ekonomi negara tersebut, yang dapat digunakan untuk belanja dan pembiayaan nasional, seperti pengeluaran pemerintah, impor kebutuhan masyarakat. Jadi secara keseluruhan turisme membawa dampak yang positif bagi perekonomian sebuah negara.

Dampak Politik
Muncul praduga, bahwa turisme internasional berhubungan erat dengan “neo colonial”(11) , yakni pengambil alihan kekuasaan lokal yang dikonsentrasikan ke tangan multinasional. Di lain pihak turisme internasional dapat dihubungkan dengan pengintegrasian kekuatan untuk menciptakan “strenghtening nasional sentiment”(12) . Penduduk lokal akan berinteraksi dengan wisatawan dari berbagai negara, yang akan mendukung saling pengertian satu sama lain.

Demikian dikatakan oleh Presiden Kennedy sehubungan dengan Tourism International (1963):
“Travel has been one of the greatest forces for world peace annd understanding in our time. As people move throughout the world and learn to know each other's customs and to appreciate the qualities of individuals of each nation, we are building a level of international understanding which can sharply improve the atmosphere for world peace”(13)


Dampak Sosio-Kultural
Turisme internasional dapat tercipta bila terdapat perbedaan sosio-kultural. Di lain pihak turisme internasional dapat mempengaruhi perkembangan sosio-kultura yang dapat menghasilkan sikap penolakan atau penerimaan. Pemerintah negara-negara Uni Eropa mengemban tugas untuk memelihara pelestarian identitas sosio-kultural bangsa Eropa.

Dampak Ekologi-Lingkungan
Selain dampak-dampak diatas, terdapat pula dampak ekologi-lingkungan. Sifat kerusakan ekologi-lingkungan yangberhubungan erat hubungannya dengan turisme ditentukan dari jumlah pengunjung serta konsentrasi penggunaan ruang dan tempat, praktek manajemen yang sejalan dengan kebijakan bersama lingkungan hidup Uni Eropa.


Kesimpulan
The European Holiday Market merupakan market terbesar di dunia. Salah satu pasar terpenting dalam sektor ini adalah German market. Dapat dilihat bahwa masyarakat Jerman sangat berpengalaman dalam hal traveling(14) . Jika TUI tidak menggunakan Intelligent agent travel industry dapat dipastikan pelanggan atau pelanggan potensial akan beralih menggunakan internet dan mencari agen travel industri berbasis IT, dengan aplikasi internet friendly user yang dapat memuaskan keinginan mereka. Hal inilah yang terjadi di travel market Uni Eropa, sesuai dengan artikel The Economist tanggal 7 Agustus 2004.


END NOTE

[1] Europe's Travel Industry, Wishing They Weren't There, The Economist, August 7th, 2004, hal. 55

[2] Institute of Technology Bandung (1996): Tourism Technology, dalam Tourism and Culture, Global Civilization and Change? (Editor Wiendu Nuryanti), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., hal. 373

[3] Ng, Faria, Y.Y. (1996): Intelligent Agent as Personal Travel Assistants, dalam Tourism and Culture, Global Civilization and Change? (Editor Wiendu Nuryanti), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., hal. 361

[4] McLeod, Raymond Jr. (1998): Management Information Systems, International & Seventh Edition. New Jersey: Pearson – Prentice Hall, hal. 5

[5] Ibid, hal. 19-22

[6] Ibid, hal 361-364

[7] Buhalis, Dimitrios (1996): Information Technology as A Strategic Tool for Destination Management, dalam Tourism and Culture, Global Civilization and Change? (Editor Wiendu Nuryanti), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., hal. 338

[8] Ibid, hal.339

[9] Ibid, hal.341

[10] Archer, Brian (1996): Responsible Tourism The Way Forward, dalam Tourism and Culture, Global Civilization and Change? (Editor Wiendu Nuryanti), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., hal. 218

[11] Ibid, hal. 222

[12] Ibid, hal. 223

[13] Ibid, hal. 223

[14] Aderhold, Peter (1996): The European Holiday Market for Developing Countries, dalam Tourism and Culture, Global Civilization and Change? (Editor Wiendu Nuryanti), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., hal. 390



Daftar Pustaka

Aderhold, Peter (1996): The European Holiday Market for Developing Countries, dalam Tourism and Culture, Global Civilization and Change? (Editor Wiendu Nuryanti), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., hal. 384-392

Archer, Brian (1996): Responsible Tourism The Way Forward, dalam Tourism and Culture, Global Civilization and Change? (Editor Wiendu Nuryanti), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., hal. 217-239

Bandt, Jacques De (1999): Practical Issues of Networking and Co-operation, dalam Industrial Policy in Europe: Theoretical Perspectives and Practical Proposal, (Editor Cowling, Keith), London: Routledge, hal. 152-163

Buhalis, Dimitrios (1996): Information Technology as A Strategic Tool for Destination Management, dalam Tourism and Culture, Global Civilization and Change? (Editor Wiendu Nuryanti), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., hal. 336-359

Europe's Travel Industry, Wishing They Weren't There, The Economist, August 7th, 2004, hal. 55-56

Griffin, Ricky W. dan Putsay, Michael W. (2005): International Business. A Managerial Perspective, Fourth Edition. New Jersey: Pearson – Prentice Hall.

Institute of Technology Bandung (1996): Tourism Technology, dalam Tourism and Culture, Global Civilization and Change? (Editor Wiendu Nuryanti), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., hal. 372-375

McLeod, Raymond Jr. (1998): Management Information Systems, International & Seventh Edition. New Jersey: Pearson – Prentice Hall.

Ng, Faria, Y.Y. (1996): Intelligent Agent as Personal Travel Assistants, dalam Tourism and Culture, Global Civilization and Change? (Editor Wiendu Nuryanti), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., hal. 360-371

---------------------------

No comments: